Rabu, 28 Maret 2012

Tepung Pisang


TEPUNG PISANG


Pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat. Pisang dijadikan buah meja, sale pisang, pure pisang dan tepung pisang. Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka melalui proses fermentasi alkohol dan asam cuka. Daun pisang dipakai sebagi pembungkus berbagai macam makanan trandisional Indonesia. Batang pisang abaca diolah menjadi serat untuk pakaian, kertas dsb. Batang pisang yang telah dipotong kecil dan daun pisang dapat dijadikan makanan ternak ruminansia (domba, kambing) pada saat musim kemarau dimana rumput tidak/kurang tersedia. Secara radisional, air umbi batang pisang kepok dimanfaatkan sebagai obat disentri dan pendarahan usus besar sedangkan air batang pisang digunakan sebagai obat sakit kencing dan penawar racun. Buah pisang sangat tinggi kandungan vitamin A-nya, yaitu sekitar 0,003-1,0 mg/100 gram, terutama pada pisang tanduk. Pisang juga merupakan sumber vitamin C; kandungan vitamin C pada pisang meja adalah sekitar 10 mg/100 gram sedangkan pisang olahan sekitar 20-25 mg/100 g. Pisang juga mengandung asam-asam yaitu meliputi asam malat, asam sitrat dan asam oksalat. Sewaktu pisang masih mentah asam organik utamanya adalah asam oksalat, tetapi setelah tua dan matang asam organik yang utama adalah asam malat. Sementara itu pH menurun dari 5,4 (mentah) menjadi 4,5 ketika pisang menjadi matang. Selain berbagai vitamin tersebut diatas, dalam pisang juga terdapat senyawa amin yang bersifat fisiologis aktif dalam jumlah yang relatif besar yaitu seretonin 50 mikrogram/100 gram dan norepinephrine 100 mikrogram/100g. Secretonin dan norepinephrine merupakan dua jenis amin yang aktif sebagai neurotransmitter yang berpengaruh dalam kelancaran fungsi otak. Kandungan mineral yang menonjol pada pisang adalah kalium. Sebuah pisang kira-kira dapat menyumbang kalium sebesar 440 mg. Kalium berfungsi antara lain untuk menjaga keseimbangan air dalam tubuh, kesehatan jantung, menurunkan tekanan darah dan membantu pengiriman oksigen kedalam otak.

Buah pisang mudah sekali mengalami perubahan fisiologis, kimia dan fisik bila tidak ditangani secara tepat. Akibatnya,dalam waktu singkat buah menjadi tidak segar lagi, sehingga mutunya akan menurun. Salah satu cara untuk mempertahankan daya simpan dan juga untuk meningkatkan nilai ekonomisnya, buah pisang dapat diolah menjadi tepung pisang. Tepung pisang ini kemudian digunakan sebagai bahan substitusi untuk membuat cookies yang biasanya menggunakan tepung terigu. Cookies dengan bahan baku yang disubstitusikan tepung pisang diharapkan akan menghasilkan cookies dengan rasa yang manis dan aroma pisang yang khas.

Pada dasarnya semua jenis pisang dapat diolah menjadi tepung pisang, asal tingkat ketuaanya cukup. Tetapi sifat tepung pisang yang dihasilkan tidak sama untuk masing-masing jenis pisang. Pisang yang paling baik menghasilkan tepung pisang adalah pisang raja bulu. Tepung pisang yang dihasilkannya mempunyai warna yang lebih putih dibandingkan dengan yang dibuat dari pisang jenis lain. Kelemahannya adalah aroma pisangnya kurang kuat. Sifat-sifat fisik dan kandungan kimia tepung pisang dari berbagai varietas pisang dapat dilihat pada Tabel 1.





Tabel 1. Sifat fisik dan kimia tepung pisang dari berbagai varietas pisang.
Varietas          Warna            Kadar Air (%)           Kadar Asam (%) Karbohidrat (%)
Kepok                         Putih                6.08                             1.85                             76.47
Nangka            Putih coklat     6.09                             0.85                             79.84
Ambon            Putih abu-abu 6.26                              1.04                             78.99
Raja bulu         Putih coklat     6.24                             0.84                             76.47
Ketan              Putih abu-abu 6.24                              0.78                             75.33
Lampung         Putih                8.39                             0.49                             70.10
Siam                Kuning coklat 7.62                             1.00                             77.13

Sumber : Murtiningsih dan Imam Muhajir (1988)

Tepung pisang mempunyai rasa dan bau yang khas sehingga dapat digunakan pada pengolahan berbagai jenis makanan yang menggunakan tepung (tepung beras, terigu) di dalamnya. Dalam hal ini tepung pisang menggantikan sebagian atau seluruh tepung lainnya. Jenis-jenis makanan tersebut antara lain roti, cake/pancake, kue kering, kue lapis, "awugawug" tepung pisang, puding dan makanan bayi/balita, kue pasir dan lain-lain. Dalam industri tepung pisang banyak digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan puding, makanan bayi, roti dan lain-lain.

Teknologi Pengolahan

Kami menggunakan bahan baku pisang raja bulu yang matang dan kelewat matang. Pisang yang telah matang akan mengeluarkan semua cita rasa dan aroma yang sempurna dari sebuah pisang. Sangat berbeda dengan proses pengolahan tepung pisang konvensional yang menggunakan pisang mentah sehingga cita rasa dan aroma sebuah pisang tidak maksimal. Saat ini pengolahan tepung pisang tradisional jika menggunakan pisang matang terkendala oleh teknologi pengeringan yang akan sangat lama sekali untuk dapat mengeringkan pisang matang dengan kandungan glukosa yang tinggi.

Kami hadir dengan inovasi teknologi yang dapat membuat tepung dari pisang matang dan kelewat matang. Salah satu keunggulan proses dari sisi bahan baku ialah kami dapat menggunakan pisang yang kelewat matang tidak terjual di pasar dengan harga lebih murah sehingga tidak ada pisang yang terbuang percuma. Tetapi kami mendapatkan tepung pisang dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan menggunakan pisang mentah.

Teknologi yang kami gunakan adalah indirect vacuum oven dengan proses banana puree.

Hasil Uji Analisa Tepung Pisang

CERTIFICATE OF ANALYSIS




Product Description
:
Banana Powder

Product Number
:
AABP01

Lot Number
:
09112A1

Storage Temperature
:
Room temperature





Physiochemical Specifcations
:






TEST

Specification
Results
Solubility
:
Suspension in water
Passes
pH (30.00 g/L)
:
4.5 - 5.5
4.87
Physical Appearance



Color*
:
Under review
2160-40 Tan
Texture
:
Fine to coarse powder
Coarse powder
Solutions Appearance



Clarity
:
Translucent
Translucent
Color
:
Tan to light brown
Tan
Moisture (by Karl Fischer)

For information only
1.40%




Biological Testing
:






Test concentration : 30.0 g/L







Test Specification

Plant Cell Line
Results
Supports and/or facilitaties plant growth and/or shoot proliferation in two or more plants tissue cultured lines with no morphological aberrations to plants

Bifrenaria orchid
Passes




The material described in this certificate was manufactured in Indonesia and its plant derived. No animal-derived components were used in the manufactured of this product. The banana used in this product is a banana puree indirect oven dried with maltodextrin at 60°C for 1 hour under vacuum pressure.




Recommended shelf life date
:
Minimal one year (Mar 2013)










Bambang Nurhadi, STP, Msc


CV. AR10 Advis, Bogor, Indonesia
R&D Manager

Created on : 24 March 2012


Selasa, 27 Maret 2012

Capsicum Oleoresin dan Powder


Wajah berkeringat, napas terengah-engah, jantung berdebar lebih kencang dan air mata meleleh, itulah reaksi tubuh yang ekstrim saat “sakit/panas” timbul akibat mengunyah makanan yang mengandung cabe. Di samping reaksi tersebut, sebenarnya ada reaksi lain yang timbul setelahnya: kelegaan dari sakit (pain relief).
Dalam cabe (Capsicum annuum, Capsicum frutescens dan beberapa spesies lainnya), gugus senyawa yang memicu sensasi pedas adalah capsaicinoid.

Mengapa Capsicum Oleoresin ?

Cabe merupakan bahan baku sumber sensasi pedas pada masakan (skala rumah tangga / industri kecil).
Industri makanan olahan (terutama industri saus cabe) cenderung menggunakan capsicum oleoresin (yang merupakan hasil ekstraksi dari beberapa jenis spesies cabe - Capsicum annuum atau Capsicum frustecens) sebagai sumber sensasi pedas.

Keunggulan Produk

Natural.
Proses pembuatan capsicum oleoresin tidak melalui sintesa kimiawi
Lebih Ekonomis
Untuk mencapai tingkat kepedasan yang setara, dosis pemakaian cabe rawit dibandingkan dengan capsicum oleoresin dengan kandungan total capsaicin 6,6 % (1 juta SHU) bisa mencapai 80:1
Konsistensi
     Memproses cabe menjadi oleoresin menghasilkan produk yang lebih konsisten kualitasnya karena ada parameter yang diukur dengan alat
Higienis
     Proses produksi oleoresin mematikan mikroba
 
Flow Process Oleoresin


Market

Industri Makanan / food service :
      Seasoning / Bumbu
      Saus Cabe
 Permen, ginger beer
      Catering
      UKM, trend Singkong Pedas

Retail / food service
      Rumah tangga
      Restoran

Farmasi
      Balsem, Inhaler

Pelaku Usaha

Gapoktan Sari Mukti Ciamis :
Lahan : Desa Buni Asih Kec. Kadipaten, Kab. Tasikmalaya
Budidaya tanaman cabe

Kluster Koperasi Tani Horti Mandiri Jawa Barat :
Pengumpulan
Sortasi dan Grading
Pengiriman cabe segar

Industri Pengolahan Oleoresin :
Capsicum Oleoresin/powder
Bubuk cabe sebagai produk samping
 
Pemberdayaan Ekonomi Desa

Meningkatkan daya saing dan kemandirian petani, koperasi dan UKM
Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, koperasi dan UKM
Meningkatkan kemampuan dan pemahaman UKM mengenai arti penting nilai tambah inovasi teknologi
Mengurangi pengangguran dan menyerap tenaga kerja di pedesaan.
Membentuk Desa Industri dengan kluster komoditas berdaya saing tinggi.
       
Foto Cabe Off Grade 


Foto Capsicum Oleoresin dan Powder  





 
TECHNICAL DATA




Product Description
:
Oleoresin Capsicum 0.5 MIL SHU Oil
Product Number
:
AACO01

Lot Number
:
09012A1

Storage Temperature 
:
Store in full tight containers in a cool dry place protected from light and oxidation
Description
:
Obtained by solvent extraction of the dried pods of Indonesian red chillies, Capsicum annuum L. or Capsicum frutescens L. (Family : Solanaceae)




Physiochemical Specifications 
:






TEST

Specification
Results
Capsaicin 
:
0.5 Million SHU min
0.5 Million SHU
Physical Appearance 



Color*
:
2500 - 6000 cu max
2800 cu
Liquid
:
Clear dark red viscous
Clear dark red viscous
Solutions Appearance



Clarity
:
Translucent
Translucent
Residual solvent
:
20 ppm max
5 ppm




Microbiological Testing
:






Total plate count 
<10cfu/gm

Total yeast and mould count
:
<10cfu/gm

E. Coli
:
<3MPN/g

Salmonela
:
Absent in 25gm





Test Specification 

Analysis
Results
Dispersibility/Solubility

Can be dispersed on dry/liquid carriers such as salt, dextrose, edible oils and lecithin. Soluble in fixed oils.
Passes




The material described in this certificate was manufactured in Indonesia and its plant derived. No animal-derived components were used in the manufactured of this product. The chilli used in this product is a extraction chilli by rotavapor vacuum extraction with acetone/hexane/methanol solvent and additives mono and diglycerides of fatty acids.  




Recommended shelf life date 
12 months under the specified storage conditions
Packing
:
20, 10 Kg HDP pails/jars

Labelling
:
The labels display product name, lot number, net weight, gross weight and other information/marks specified by the customer
Handling
:
Avoid contact with skin and eyes. Wear face shields/googles and hand gloves while handling. Stir well before transferring the product from the container.
Caution
:
Use only additives/diluents compatible with this product; non-compatible diluents/additives can lead to sedimentation. Add the proposed diluent/additive to a sample of the product in the same proportion and confirm absence of sedimentation prior to mixing.
CERTIFICATE OF ANALYSIS AND MATERIAL SAFETY DATA ACCOMPANY THE CONSIGNMENT



Agrinovative Product.jpg





Delea Destindiah


CV. AR10 Advis, Bogor, Indonesia
R&D Manager

Created on : 24 March 2012